“Pelet Uso” Dari Usus Dua Belas Jari Ayam

Mahasiswa FMIPA UNY yaitu  Dwi Prihastuti dari Prodi Matematika, Miftahudin Nur Ihsan (Pendidikan Kimia), dan Desiana Nur Fajari (kimia) dengan pembimbing Dr. Das Salirawati berhasil membuat “Pellet Uso” dengan memanfaatkan limbah usus dua belas jari (Duodenum ) pada rumah potong ayam yang kaya akan Protein.
Ketua tim, Dwi Prihastuti menjelaskan,  usaha lele konsumsi mempunyai prospek cukup besar dalam dunia bisnis, sebab kebutuhan lele terus mengalami peningkatan. Menurut data yang diperoleh dari asosiasi GPMT (Gabungan Pengusaha Makanan   Ternak)   kebutuhan   pakan   ikan   yang   diperlukan   oleh   para pembudidaya  ikan  mencapai  100  ribu  ton  setiap  bulan.  Harga pakan ikan lele di pasaran terus  melambung  akhir-akhir  ini  mengancam   keberlanjutan  usaha  para pembudidaya lele.
Untuk  itu,  perlu  mencari  alternatif pakan lele  dengan memanfaatkan  limbah usus dua belas jari (Duodenum) ayam   yang   terbuang   sia-sia   pada   rumah   potong   ayam. Pemanfaatan limbah usus dua belas jari sebagai sumber protein merupakan salah satu alternatif dalam rangka menyediakan sumber pangan kaya protein bagi lele sekaligus mengurangi dampak buruk pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah usus dua belas jari.
Dijelaskan, selama ini, pemanfaatan usus dua belas jari untuk pakan ikan dilakukan secara langsung. Namun, hal ini kurang  sehat  karena  dapat  menurunkan  kualitas  dari  air  kolam  juga  jika dilihat dari sisi estetika kurang baik. Apalagi banyak orang yang merasa jijik jika langsung memberikan usus buntu tanpa pengolahan sebagai pakan ikan. Padahal, ikan dapat tumbuh dengan baik jika mengonsumi usus buntu ayam.
Sementara itu, Ihsan mengungkapkan, bahan pembuatan Pellet USO yaitu duodenum ayam (usus 12 jari,  tepung terigu, tepung jagung, cangkang telur, ekstrak kangkung, dedak halus, minyak ikan.    
“Pembuatan Pellet USO yaitu mencampurkan semua bahan kemudian diblender sampai halus. Kemudian tambahkan air panas 1,25 kali berat bahan baku dan aduk diatas api kecil. Pengadukan adonan dilakukan sampai terjadi perubahan warna. Setelah itu masukkan tepung kanji dengan perbandingan 1/3 dari bahan aduk terus sampai adonan mengental. Bola perlu tambahkan sedikit lagi air panas. Kemudian dinginkan adonan,” lanjutnya.
Bahan baku yang atelah dingin dicetak dengan penggiling mie dan akan diperoleh bentuk batangan-batangan. Batangan basah tersebut dipotong-potong sepanjang 3 cm atau menurut selera. Pelet basah yang telah dipotong-potong dijemur sampai kadar airnya 10-20%. Setelah itu dilakukan pengeringan. Pengeringan dapat juga memakai oven. Pengeringan dihentikan apabila pellet kering, keras, dan mudah patah.
Dijelaskan juga bahwa, dalam penelitian ini, dibuat 5 variasi pellet, yaitu pellet USO dengan perbandingan bahan utama dengan bahan tambahan sebesar 20%, 30%, 40%, 50%, 60% . Ketiga variasi pellet ini kemudian diuji kadar proteinnya, sehingga dapat diketahui apakah penambahan kadar Duodenum dapat meningkatkan kadar protein pellet.
Dari hasil pengujian, diperoleh kadar protein sebagai berikut: kadar 20 % bahan Duodenum proteinnya 16,33%, kadar 30% proteinnya 18,43%, kadar 40% proteinnya 19,01%, kadar 50% proteinnya 22,00%, dan kadar 60% proteinnya 24,02%. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa keefektifan pellet USO dari limbah usus dua belas jari (Duodenum) sebagai alternatif pakan lele dicapai saat dicampurkan 60% usus dua belas jari ayam ke dalam bahan baku pellet ikan lele. (witono)