MAHASISWA UNY BERI PENYULUHAN TANGGAP BENCANA DI MAGELANG

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabbdian kepada Masyarakat (PKMM) menyelenggarakan Education of Natural Disasters Through the Chemical Experiment sebagai Upaya Pembentukan Mental ATBA (Anak Tanggap Bencana
Alam) Di Desa Kradenan, Kabupaten Magelang. Penyuluhan dilaksanakan di SDN Kradenan 1 dan SDN Kradenan 2 yang terletak di Kelurahan Kradenan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kecamatan Srumbung berada di sebelah barat daya Gunung Merapi dan jarak antara Kecamatan Srumbung dan Gunung Merapi adalah 12,2 Km. Dimana Desa Kradenan termasuk dalam kawasan rawan bencana II. Akibatnya ketika terjadi erupsi gunung merapi, kedua Sekolah Dasar tersebut berpeluang terlanda aliran awan panas, paparan gas beracun dan guguran batu pijar meski potensinya lebih kecil ketimbang KRB III. Wilayah KRB II juga berpotensi besar terpapar hujan abu lebat dan aliran lahar.
Di Desa Kradenan banyak anak yang merasa panik, takut, dan bingung bahkan sampai ada yang menangis saat terjadi bencana alam gunung meletus. Hal ini disebabkan dengan lemahnya pengetahuan anak-anak tentang bencana alam gunung meletus.
Maka dari itu, para mahasiswa yang terdiri dari Raiyani Hidayah Ruida, Indah Ramadhanty R, Melati Arifina Alanis (Pendidikan IPA), Listika Wibawaning Putri (Pendidikan Kimia), Evila Ramadhanty (PGSD) dengan pembimbing Eko Widodo, M.Pd., baru-baru ini memberikan penyuluhan  Anak Tanggap Bencana Alam (ATBA) kepada siswa-siswa kelas 3 dan 4 di SDN Kradenan 1 dan SDN 2 Kradenan di Desa Kradenan.
Raiyani menerangkan, teknik penyuluhan dilakukan dengan memberikan materi, video, puzzle dan media eksperimen kimia yang digunakan untuk program pembentukan ATBA. Setelah dilaksanakan penyuluhan kepada siswa-siswa kelas 3 dan 4 di SDN Kradenan 1 dan SDN 2 Kradenan di Desa Kradenan, maka terpilih 3 anak yang dijadikan sebagai Duta “ATBA” yang diberikan buku berupa modul cara penanggulangan bencana alam gunung meletus dan gempa bumi serta diberikan pelatihan lebih lanjut tepatnya di Taman Pintar Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada penyuluhan tersebut, lanjut Raiyani, anak-anak membuat media simulasi gempa tektonik menggunakan bubur Koran bekas, lem dan rumah yang ditaruh di dalam satu wadah nampan kemudian mengguncangkan wadah tersebut yang mengakibatkan rumah akan berjatuhan. Sehingga mereka dapat menyimpulkan bagaimana cara gempa tektonik terjadi serta bagaimana cara pencegahannya.
Anak-anak juga membuat media simulasi gunung meletus menggunakan miniatur gunung berapi yang diberi CH3COOH(cuka), soda kue, dan detergen yang bereaksi menjadi material lava gunung berapi yang berwarna merah. Sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana proses terjadinya gunung meletus dan bagaimana cara menghadapi bencana alam tersebut.
“Pada simulasi bencana alam gempa bumi dan gunung meletus anak-anak bermain peran sebagai warga daerah yang terkena gunung meletus ada yang menjadi pak lurah, pak RT, tim medis, warga daerah (lansia, remaja, orang dewasa, anak-anak dan balita) dengan dilakukan pembagian tugas ini tim PKMM dapat mengetahui bagaimana sikap ATBA masing-masing individu”, tambahnya.  (witono)