TITANIUM DIOKSIDA TEREMBAN PEWARNA TEKSTIL SEBAGAI ZAT WARNA PAKAIAN ANTIBAKTERI

Penyebaran bakteri sangat mudah, apalagi tubuh manusia sangat rentan akan serangan bakteri. Salah satu benda yang hampir tidak pernah terlepas dari tubuh manusia adalah pakaian kita. Pakaian dapat berfungsi untuk melindungi tubuh manusia dari berbagai ancaman penyakit. Namun pakaian yang kotor seperti terkena keringat justru dapat menjadi sarang perkembangbiakan bakteri. Untuk mengurangi efek pertumbuhan bakteri pada pakaian kita, perlu dibuat pakaian dengan bahan khusus yang memiliki aktivitas antibakteri.
Dari fakta tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Prodi Kimia FMIPA UNY yaitu Rimma Hilda Kusumaningtyas, Senja Dewi UN, dan Danar melaksanakan penelitian dengan judul Titanium Dioksida (TiO2) Teremban Pewarna Tekstil sebagai Zat Warna Pakaian Antibakteri.

Rimma mengatakan, salah satu bahan yang memiliki aktivitas antibakteri adalah titanium dioksida. Kemampuan fotoaktif titanium dioksida terbukti efektif sebagai bahan antibakteri. Interaksi titanium dioksida terhadap bakteri yang melekat pada pakaian terbukti cukup kuat untuk mereduksi jumlah bakteri. Dalam jumlah yang sangat kecil, aktivitas fotokatalitik titanium dioksida mampu menurunkan kadar bakteri hingga di bawah 10% dengan bantuan penyinaran panjang gelombang >324 nm (merupakan fraksi panjang gelombang sinar matahari) selama 15 menit.

“Interaksi titanium dioksida dengan pakaian biasanya hanya berlangsung tidak lebih dari 2 jam, yaitu pada saat perendaman pakaian dengan deterjen. Setelah dibilas, titanium dioksida tersebut akan terlarut bersama air. Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya titanium dioksida tersebut masih bisa digunakan kembali meski sudah digunakan berulangkali”,lanjutnya

Dijelaskan, cara yang dapat diterapkan adalah mengembangkan titanium dioksida dengan bahan pewarna kain. Beberapa pewarna kain seperti naftol, indigosol, dan rapid tidak akan luntur meskipun dicuci. Dengan mengembangkan titanium dioksida dalam pewarna kain diharapkan akan dihasilkan pakaian yang bebas dari bakteri, atau paling tidak dapat mengurangi jumlah bakteri yang menempel pada pakaian tersebut.

Dalam penelitian ini digunakan titanium dioksida nanotabung karena nanotabung memiliki ukuran yang lebih kecil dari titanium dioksida konvensional yang menyebabkan peningkatan aktivitas fotokatalitik yang signifikan.

Senja Dewi  menambahkan, penggunaan titanium dioksida aman untuk di-support-kan ke dalam zat warna kain. Hal ini telah dibuktikan oleh titanium dioksida yang terkandung dalam sabun dan body lotion. Faktor keamanan tersebut menjadi nilai lebih bagi titanium dioksida untuk diterapkan sebagai bahan antibakteri modern yang mengharuskan kontak langsung dengan tubuh manusia dibandingkan zat antibakteri lain seperti alkohol, klorin, peroksida, dan aldehid.

Faktor ekonomi juga sangat mendukung untuk penerapan titanium dioksida teremban pewarna tekstil sebagai zat warna pakaian antibakteri. Sekarang ini telah banyak ditemukan metode sintesis yang lebih sehingga lambat laun akan menurunkan biaya produksi titanium dioksida. Selain itu, titanium dioksida yang teremban pada pewarna kain tersebut dapat digunakan secara terus menerus selama masih ada cahaya, sehingga fungsi sebagai antibakteri dapat berlangsung lama. (witono)